Generasi “Rabbani”
merupakan generasi yang mengenal Allah
sebagai Tuhannya, selalu berpegang teguh terhadap ajaran Allah dan taat
kepadaNya, berilmu serta suka mengajarkan dan mengamalkan ilmunya. Generasi “Rabbani”
adalah generasi emas (golden age) umat Islam yang senantiasa istiqomah di dalam keimanan
dan ketakwaan kepada Allah -subhanahu
wa ta’ala- serta unggul dan sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat (Baca
Tulisan ke-11: Jadilah Generasi Rabbani yang Istiqomah # 1).
Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wasallam- merupakan teladan utama dalam penerapan metode pendidikan
islam melalui metode “Rabbani” yang akan melahirkan generasi “Rabbani”. Para sahabat Rasulullah merupakan generasi
“Rabbani” terbaik yang dipilih oleh Allah -subhanahu
wa ta’ala- sebagai pendamping Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wasallam- dalam
mengemban risalah ilahi. Mereka selalu berada
dalam keistiqomahan walaupun dihadapkan pada berbagai macam ujian, rintangan
dan tantangan dakwah di jalan Allah -subhanahu
wa ta’ala-.
Sebagai generasi pertama islam, Para sahabat
ini menjadi model dan teladan/uswah bagi generasi “Rabbani”
sepanjang sejarah Islam. Generasi “Rabbani” merupakan cita-cita, impian dan
harapan umat Islam, sehingga kaum muslimin berfastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan untuk menjadi
generasi “Rabbani”. Banyak generasi “Rabbani”
yang terlahir dan tercatat dalam sejarah emas
dunia, salah satu diantaranya adalah Sultan Mehmed II yang lebih dikenal dengan nama Muhammad
Al-Fatih (1432-1481 M), sang penakluk Konstantinopel.
Konstantinopel merupakan ibukota kekaisaran Byzantium (324 M) yang letaknya sangat strategis di dunia, dikelilingi oleh tiga lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu
Selat Bosphorus, Laut Marmara, dan Selat Tanduk Emas yang terpasang rantai amat
besar. Konstantinopel memiliki sistem pertahanan terbaik pada masanya dimana seluruh wilayahnya baik di laut maupun darat dikelilingi oleh tembok yang kuat dan kokoh sehingga sangat
sulit untuk ditembus. Konstantinopel mempunyai prestasi selama 1.123 tahun
mampu menahan 23 serangan yang dialamatkan kepadanya dan hanya sekali saja
tembok bagian lautnya pernah ditembus oleh pasukan salib pada tahun 1204.
Berkat jiwa kepahlawanan, keberanian,
kecerdasan dan kesalehan yang dimiliki Sultan Muhammad Al-Fatih beserta pasukannya maka
Allah -subhanahu wa ta’ala- memberikan
berbagai kemenangan dan kesuksesan, salah satu yang terbesar adalah pembebasan
Kota Konstantinopel (1453 M). Kesalehan
yang dimiliki Sultan Muhammad Al-Fatih dan pasukannya yaitu selalu menjaga keistiqomahan di dalam keimanan dan
ketakwaan kepada Allah -subhanahu wa
ta’ala-. Mereka senantiasa menyibukkan diri dengan bertaqarrub kepada
Allah, menunaikan dan menjaga amal ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah.
Tinta para sejarawan menuliskan bahwa Sultan
Muhammad Al-Fatih sejak usia
baligh, selalu menjaga kedekatannya dengan Allah -subhanahu wa ta’ala-. Beliau selalu melaksanakan shalat tepat
waktu secara berjamaah di masjid dan tidak pernah masbuq atau ketinggalan dalam
shalatnya serta selalu menjaga shalat rawatib (shalat yang mengiringi shalat
fardhu).
Bahkan sepanjang hidupnya (mulai dari
baligh hingga akhir hayatnya), Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud,
walaupun saat terbaring sakit, beliau selalu menyempatkan diri bangun pada
sepertiga malam terakhir untuk bersimpuh sujud di hadapan Rabb-nya. Beliau ingin
mengikuti tabiat Rasulullah -shalallahu
‘alaihi
wasallam- yang
selalu menegakkan shalat tahajjud sepanjang malam. Subhanallah…
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar”. (QS. Ali ‘Imran [3]:146).
Baca Tulisan Lainnya: