Minggu, 20 Mei 2018

BELAJAR ISTIQOMAH SELAMA BULAN SUCI RAMADHAN # 1 (Tulisan ke-8)

Masih ingatkah Anda dengan cerita tentang seorang anak muda yang menginginkan perubahan diri secara berkesinambungan/konsisten terutama dalam hal peningkatan amal ibadah namun yang dapat dicapai hanya perubahan sementara/temporer saja yaitu ketika memasuki bulan Ramadhan saja?. Setelah kepergian bulan Ramadhan, amal ibadahnya turun kembali ke keadaan semula (Baca Tulisan ke-4: Istiqomah Dalam Perubahan Diri).

Kondisi seperti tersebut diatas dapat juga dialami oleh umat islam lainnya, bahkan mungkin dengan kualitas yang berbeda, misalnya peningkatan amal ibadah hanya terjadi di saat awal memasuki bulan Ramadhan saja, dan kemudian terjadi penurunan di pertengahan ataupun di akhir bulan Ramadhan. Indikator sederhananya dapat kita lihat dari ukuran banyaknya saf di masjid pada saat pelaksanaan sholat wajib/tarawih berjamaah selama bulan Ramadhan.  Kenapa hal itu bisa terjadi?

Bukankah bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa dimana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.  Allah -subhanahu wa ta'ala- juga memberikan begitu banyak keutamaan bagi kita yang melaksanakan amal ibadah di bulan Ramadhan ini, antara lain dilipatgandakannya pahala amal ibadah/amal sholeh, dosa-dosa diampuni serta doa-doa dikabulkan.

Sehingga orang-orang yang beriman akan tergerak/termotivasi untuk berlomba-lomba melaksanakan dan meningkatkan amal ibadahnya, baik yang wajib maupun yang sunnah.  Bulan Ramadhan ini juga dijadikan Allah -subhanahu wa ta'ala- sebagai sarana untuk melatih/menempa orang-orang yang beriman agar bisa memiliki sikap istiqomah -yang merupakan kunci untuk meraih  perubahan diri secara berkesinambungan/konsisten- sebagai bekal dalam menjalani cobaan dan tantangan hidup di 11 bulan berikutnya.

Istiqomah itu sendiri di dalam kamus besar Bahasa Indonesia memiliki arti sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Tentunya teguh pendirian/konsekuen yang dimaksud dalam hal melakukan kebaikan demi meraih ridho dari Allah -subhanahu wa ta'ala-Istiqomah muncul dari suatu proses pelaksanaan amal ibadah yang dilakukan secara rutin/terus-menerus, disertai proses introspeksi diri secara kontinyu baik secara kuantitas maupun kualitas sehingga akan membentuk kedisiplinan diri.

Proses introspeksi diri ini merupakan bagian penting untuk meraih sikap istiqomah, karena dengan introspeksi itulah kita akan selalu dapat memperbaiki serta menyempurnakan niat dan amal ibadah/tindakan kita (Baca Tulisan ke-7: Momentum Perubahan Diri Tercipta Dari Kontinuitas Amalan/Tindakan). Di bulan suci Ramadhan ini kita seharusnya dapat dengan mudah melakukan introspeksi (menilai,  mengenal dan memahami) diri kita, mengingat setan-setan diikat dan dibelenggu, sehingga penurunan amal ibadah atau kualitas keimanan seseorang yang terjadi di bulan Ramadhan ini lebih disebabkan oleh faktor hawa nafsu dan rasa malas yang ada pada diri seseorang.

Istiqomah inilah yang nantinya akan menghasilkan gerakan yang dibutuhkan dalam mempertahankan dan memperbesar momentum perubahan diri (Baca Tulisan ke-6: Ciptakan Momentum Terbesar Dalam Perubahan Diri). Sehingga nantinya tatkala kita dihadapkan pada suatu halangan/uzur tertentu, misalnya sakit atau safar (dalam perjalanan), yang mengakibatkan kita tidak dapat melaksanakan amalan rutin tersebut, namun gerakan/pahalanya tetap ada, sebagaimana hadits Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wasallam- yang artinya:  Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” 

Semoga Allah -subhanahu wa ta'ala- selalu memberi taufiq dan hidayahNya kepada kita sehingga kita dapat mengambil ilmu dan hikmah selama menjalani aktivitas di bulan suci Ramadhan ini, terutama dalam melatih diri untuk tetap istiqomah/teguh pendirian/konsisten dalam melaksanakan amal ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah demi meraih ridho dari Allah -subhanahu wa ta'ala-. Aamiin… Aamiin… Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin…



“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al-Ahzab [33] : 35).



Baca Tulisan Lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar