Sabtu, 05 Mei 2018

CIPTAKAN MOMENTUM TERBESAR DALAM PERUBAHAN DIRI (Tulisan ke-6)

Dari beberapa postingan Saya sebelumnya terkait perubahan diri, muncul 2 pertanyaan penting yang perlu dijawab sebelum melanjutkan membaca tulisan ini: 1) Sudahkah kita merencanakan perubahan diri kita ke arah yang lebih baik? 2) Kapan saat yang tepat bagi kita untuk merencanakan/memulai perubahan diri kearah yang lebih baik?

Untuk pertanyaan pertama, masing-masing kita dapat menjawabnya secara pribadi sedangkan untuk pertanyaan kedua, masing-masing kita pastinya akan memiliki jawaban yang berbeda-beda. Namun menurut Saya, saat yang tepat bagi kita untuk merencanakan/memulai perubahan diri adalah SEKARANG!!!… ya… benar… “Sekaranglah waktunya untuk merencanakan perubahan diri kita, “Sekaranglah Momentum bagi kita untuk memulai perubahan diri.

Memang, seringkali kita menggunakan waktu-waktu tertentu sebagai Momentum perubahan diri atau peningkatan kualitas diri, misalnya Momentum hari ulang tahun (saat bertambahnya usia), Momentum tahun baru (Masehi/Hijriyah) dan Momentum bulan suci ramadhan (bulan puasa), mengapa demikian?...

Hal ini antara lain karena “kesadaran diri” kita pada waktu-waktu tersebut meningkat, kesadaran tersebut meliputi: kesadaran akan pentingnya waktu, kesadaran melihat masa lalu sebagai sejarah untuk diambil hikmahnya, kesadaran untuk berubah, kesadaran untuk berbuat yang lebih baik (kebaikan) maupun kesadaran lainnya.

Namun, kebanyakan dari kita tidak mampu memanfaatkan Momentum tersebut, kesadaran yang muncul saat kita bertambah usia, saat mengawali tahun baru Masehi/Hijriyah atau di saat bulan suci ramadhan, tidaklah mampu kita pertahankan. Kesadaran yang tercipta saat itu tidak mampu mengantarkan kita kepada suatu sikap disiplin/keteguhan diri/konsistensi diri/istiqomah.

Untuk bisa mendapatkan manfaat maksimal terhadap Momentum, maka kita harus memahami konsep mengenai Momentum itu sendiri.  Apa itu Momentum? Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Momentum memiliki 3 arti yaitu: 1) saat yang tepat 2) kesempatan dan 3) dalam istilah Fisika, diartikan sebagai besaran yang berkaitan dengan benda yang besarnya sama dengan hasil kali massa benda yang bergerak itu dan kecepatan geraknya; kuantitas gerak. 

Dalam konsep fisika, Momentum muncul karena ada benda yang bergerak, rumus momentum itu sendiri adalah p (Momentum) = m (massa benda) x v (kecepatan benda). Momentum akan semakin besar jika massa dan kecepatannya semakin besar. Begitupula sebaliknya, semakin kecil massa dan kecepatan suatu benda maka akan semakin kecil pula Momentumnya. 

Senada dengan konsep tersebut, jika massa diibaratkan seperti rencana (niat/kemauan) dan kecepatan diibaratkan seperti tindakan (realisasi rencana), maka semakin besar rencana (niat/kemauan) serta tindakan (realisasi rencana) maka Momentum yang dihasilkan akan semakin besar. Begitupun sebaliknya, semakin kecil rencana (niat/kemauan) dan tindakan (realisasi rencana) maka semakin kecil pula Momentumnya. 

Sebagai contoh, di bulan suci Ramadhan (yang tinggal beberapa hari lagi),  Momentum Perubahan Diri dan Amal Ibadah yang tercipta saat itu biasanya cukup besar seiring dengan besarnya niat/kemauan (yang terbesit dalam pikiran) serta tindakan kita yang berupa pelaksanaan amal ibadah.  Pada saat itu kita melakukan Ibadah Wajib yaitu berpuasa sebulan penuh, sholat 5 waktu berjamaah dan mengeluarkan Zakat ditambah dengan pelaksanaan ibadah sunnah seperti Sholat Tarawih, Sholat Rawatib, Sholat Dhuha, Sholat Tahajjud, Sholat Witir, mengaji dan mengkaji Al-Quran, Bersedekah serta amalan sunnah lainnya.

Momentum yang telah tercipta ini akan tetap ada dan terus membesar jika kita tetap mempertahankan gerakan/tindakan kita.  Gerakan terus menerus yang kita lakukan inilah yang akan menciptakan momentum bagi diri kita untuk mencapai tujuan yang diinginkan (sukses dunia dan akhirat).  Sekali kita berhenti, maka kita akan membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk bergerak kembali.  

Untuk itu, agar kita dapat menciptakan Momentum Terbesar dalam Perubahan Diri dan Amal Ibadah, maka kita dapat menuangkan niat/kemauan yang terbesit dalam pikiran kedalam bentuk catatan/tulisan (perencanaan) secara berkesinambungan dengan memanfaatkan cara/alat/ metode/panduan dalam Muhasabah Diri dan Amal (MDA) sebagai alat untuk menggerakkan/melatih sikap disiplin/keteguhan diri/konsistensi diri/istiqomah yang ada pada diri kita menuju perubahan diri yang lebih baik sebagai wujud pendekatan diri kita kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar