Senin, 31 Desember 2018

3 HAL PENTING MENYIKAPI PERUBAHAN WAKTU (Tulisan ke-16)

Waktu merupakan salah satu nikmat terbesar disamping nikmat Iman dan Islam yang diberikan Allah -subhanahu wa ta'ala- kepada manusia.  Waktu akan terus mengalami perubahan, cepat berlalu dan tidak bisa terulang kembaliSemua waktu yang telah kita lalui akan menjadi bagian dari masa lalu yang tidak bisa tergantikan.

Untuk menyikapi perubahan waktu, ada 3 hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Perubahan waktu harus diimbangi oleh pemanfaatan waktu dengan sebaik-baiknya, 2. Perubahan waktu harus menghasilkan Perubahan Diri yang lebih baik (positif)? dan 3. Perubahan waktu harus dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-

Untuk mencapai 3 hal diatas maka kita perlu melakukan Muhasabah secara terus menerus terhadap diri dan Amal Ibadah yang kita lakukan.  Allah -subhanahu wa ta'ala- memerintahkan kita untuk melakukan muhasabah sebagaimana tercantum dalam Al Quran Surah Al-Hasyr (59): 18, yang berbunyi:

ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ( الحشر: 18)

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."  (QS. Al-Hasyr [59]: 18).

Menurut Imam Ibnu Katsir, makna ayat ini adalah “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan lihatlah amal-amal saleh yang telah kalian tabung untuk diri kalian pada hari kembali kalian dan pertemuan kalian dengan Rabb kalian.  Umar bin Al Khatab radhiyallaahu ‘anhu juga pernah berkata:

“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang karena lebih mudah bagi kalian menghisab diri kalian hari ini daripada besok (hari kiamat) dan bersiaplah untuk hari besar ditampakkannya amal. Ketika itu, kalian diperlihatkan dan tidak ada sesuatu pun pada kalian yang tersembunyi.”

Salah satu alat/tool yang dapat membantu kita untuk melakukan Muhasabah secara terus menerus terhadap diri dan Amal Ibadah adalah “Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal)”.  Dimana Format Modul dan Tabel MDA ini telah sesuai dengan konsep Manajemen Waktu, yang meliputi  4 Fungsi Utama, yaitu: Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pelaksanaan (actuating) dan Pengawasan (controlling)

Menyikapi perubahan waktu dari Tahun 2018 menuju Tahun 2019, sudah saatnya kita untuk melakukan Muhasabah secara terus menerus terhadap diri dan Amal Ibadah sehingga perubahan waktu dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dapat menghasilkan Perubahan Diri yang lebih baik (positif) dan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-Insyaallah.


Baca Tulisan Lainnya:

Minggu, 30 Desember 2018

SAATNYA BERMUHASABAH AKHIR TAHUN 2018 (Tulisan ke-15)

Tanpa terasa, seluruh nikmat waktu yang Allah -subhanahu wa ta'ala- berikan kepada kita di Tahun 2018 ini akan segera tercukupi dalam hitungan beberapa jam kedepan.  Nikmat waktu tersebut meliputi 12 bulan, 365 hari, 52 minggu, 8.760 jam, 525.600 menit dan 31.536.000 detik. Sudah selayaknyalah kita sebagai hamba Allah untuk tidak henti-hentinya mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, termasuk nikmat akan waktu. 

Selain bersyukur, kita juga dituntut untuk terus menerus melakukan muhasabah/introspeksi diri terutama terhadap pemanfaatan waktu, “Sudahkah kita memanfaatkan waktu yang telah Allah -subhanahu wa ta'ala- berikan kepada kita ini dengan sebaik-baiknya?” Apakah diri kita mengalami perubahan yang lebih baik (positif) seiring dengan perubahan waktu, Apakah iman dan ketakwaan kita kepada Allah -subhanahu wa ta'ala- mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan hari/bulan/tahun sebelumnya?.

Bukankah kita menghendaki agar dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Namun, kenyataannya justru sebaliknya, banyak dari kita yang lupa dan lalai terhadap waktu. Tanpa terasa waktu-waktu potensial yang kita miliki baik itu waktu muda, waktu sehat, waktu diberi kelebihan harta maupun waktu luang dalam kehidupan kita terlewati begitu saja, sehingga Rasulullah -shalallahu ‘alahi wasallam- mengingatkan kepada kita dengan sabdanya:  

“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara: waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu kefakiranmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu dan waktu hidupmu sebelum datang kematianmu.”(HR. Al Hakim)

Pemanfaatan waktu kita di dunia ini seharusnya diarahkan semata-mata untuk ibadah dalam rangka peningkatan ketakwaan kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-. Bukankah orang yang paling mulia diantara kita adalah orang yang paling tinggi ketakwaannya kepada Allah -subhanahu wa ta'ala- sebagaimana dinyatakan Allah -subhanahu wa ta'ala- dalam Al Quran Surah Al Hujurat  (49): 13


Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]: 13).


Baca Tulisan Lainnya:

Sabtu, 29 Desember 2018

MANFAATKAN WAKTUMU DENGAN SEBAIK-BAIKNYA (Tulisan ke-14)

Tahun 2018 sebentar lagi akan pergi meninggalkan kita, berganti Tahun Baru 2019.  Tanpa terasa waktu terus berlalu, Tahun berganti Tahun, Bulanpun demikian, terus berganti walaupun akan berulang dengan nama bulan yang sama namun dalam Tahun yang berbeda.  Begitupula Hari, yang terus berganti dan berulang sebanyak 52 kali dalam setahun, nama harinya sama namun berbeda waktu (Pekan dan Bulan).   

Waktu, yang merupakan salah satu nikmat yang telah Allah -subhanahu wa ta'ala- berikan kepada kita memang akan terus mengalami perubahan, terus berjalan dan tidak bisa terulang. Setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik itu berbeda, tidak sama.  Betapa berharganya waktu, sehingga Allah -subhanahu wa ta'ala- bersumpah atas nama waktu sebagaimana tertera dalam Al Quran Surah Al ‘Ashr (103): 1-3.

(1) Demi masa, (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr [103]:1-3).

Sayangnya, kebanyakan manusia lupa dan lalai terhadap waktu sehingga menyebabkan dirinya lupa dan lalai pula terhadap tujuan hidupnya yakni semata-mata untuk beribadah kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-, sebagaimana Firman Allah -subhanahu wa ta'ala- dalam Al Quran Surah Adz-Dzariyat [51]:56 yang artinya “tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah pada-Nya.” Hal inilah yang menjadi sebab dirinya dikategorikan kedalam orang-orang yang sangat merugi. 

             Agar kita terhindar dari kerugian, maka kita harus pandai memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati dalam kesabaran, semata-mata dalam rangka beribadah kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-.

Baca Tulisan Lainnya:

Kamis, 20 Desember 2018

MODUL DAN TABEL MDA (MUHASABAH DIRI DAN AMAL) Versi 2.0

Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal), sebuah Modul/Program dalam merencanakan, merealisasikan dan mengevaluasi amal ibadah dalam peningkatan ISTIQOMAH kepada Allah -subhanahu wa ta'ala- kini hadir dalam Versi 2.0 untuk Tahun Perencanaan 2019. Silahkan download pada link berikut ini: 


Modul dan Tabel MDA Format Pdf  :  Download 

Modul dan Tabel MDA Versi 2.0 Format Excel 2007-2013 (.xlsx)    :  Download

Modul dan Tabel MDA Versi 2.0 Format Excel 97-2003 (.xls)  :  Download


Pertanyaan Seputar Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal)

1.  Apa yang dimaksud dengan Muhasabah ?

√  Muhasabah dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai introspeksi yang berarti peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri; mawas diri. Hakekat muhasabah tidak hanya terkait dengan mengingat dosa-dosa yang telah lalu kemudian menyesalinya, tapi juga memaksakan diri untuk taat melaksanakan semua perintah Allah -subhanahu wa ta'ala- dan menjauhi segala larangannya. Umar bin Al Khatab RA pernah berkata: “Haasibuu Anfusakum Qobla An Tuhasabu” yang artinya hisab/hitunglah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab/dihitung di hadapan Allah -subhanahu wa ta'ala-. Oleh karena itu kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak amal ibadah. Sehingga pada saat nanti kita dihitung (dihisab) dihadapan Allah -subhanahu wa ta'ala- insyaalllah kita tergolong orang- orang yang beruntung.

2.  Apa itu Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal) ?

√  Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal) merupakan suatu Modul/Program/Alat bantu yang diperuntukkan bagi seorang Muslim agar mampu merencanakan, merealisasikan dan mengevaluasi (menghisab) amal ibadah dalam rangka peningkatan ISTIQOMAH dalam beribadah kepada Allah -subhanahu wa ta'ala- menuju perubahan diri secara berkesinambungan ke arah yang lebih baik (positif).

3.  Seberapa pentingkah arti Istiqomah ?

√  Allah -subhanahu wa ta'ala- menciptakan kita (manusia) dengan satu tujuan, yaitu untuk beribadah kepadaNya. Adapun kunci utama dalam pelaksanaan ibadah adalah sikap “Istiqomah”. Allah -subhanahu wa ta'ala- tidak melihat besar kecilnya suatu amalan, walaupun amalan yang kita kerjakan itu kecil/sedikit tetapi istiqamah itu jauh lebih baik dari pada amalan yang besar/banyak tetapi hanya dilakukan sesaat, sebagaimana hadits Rasulullah -shalallahu ‘alahi wasallam- yang artinya: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah -subhanahu wa ta'ala- adalah amal yang terus-menerus/kontinu dikerjakan meskipun sedikit.”

4.  Seberapa pentingkah arti Perubahan Diri ?

√  Setiap orang pasti menginginkan keberuntungan (keberhasilan, kesuksesan dan kebahagiaan) dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Begitupun sebaliknya, setiap orang tentunya tidak menghendaki menjadi pribadi yang rugi atau celaka. Untuk itu Perubahan Diri yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik (positif) mutlak diperlukan, jika tidak ingin masuk dalam kategori merugi atau celaka. Sebagaimana hadits Rasulullah -shalallahu ‘alahi wasallam- yang artinya: “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung , barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka”. 
Perubahan merupakan suatu rangkaian proses perencanaan dan tindakan yang konsisten. Perubahan tidak terjadi secara instan dan kebetulan, tetapi harus direncanakan. Jika kita menginginkan perubahan diri yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik (positif) maka diperlukan perencanaan, pelaksanaan/realisasi rencana dalam bentuk tindakan serta introspeksi diri secara kontinyu.

5.  Sejak kapan Modul dan Tabel MDA ini dibuat ?

√  Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal) ini awalnya dirancang pada Tahun 2015 sebagai bentuk ikhtiar pribadi menuju perubahan diri secara berkesinambungan ke arah yang lebih baik (positif). Mengingat besarnya hikmah dan faedah yang didapatkan dari pemanfaatan Modul dan Tabel MDA ini maka pada Tahun 2018 Tabel MDA versi 1.0 pertama kali di launching untuk umum melalui blog http://mylatuconsina.blogspot.co.id dengan harapan dapat memberi manfaat yang besar kepada orang lain.

6.  Untuk siapakah Modul dan Tabel MDA ini ?

√  Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal) diperuntukan untuk semua Muslim baik Laki-laki, Perempuan maupun Anak-anak.

7.  Aplikasi apa yang digunakan untuk menyusun Modul dan Tabel MDA ?

√  Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal) dirancang dengan menggunakan aplikasi yang sudah sangat familiar yaitu microsoft office dengan Format Excel 2007-2013 (.xlsx).

8.  Versi ke berapakah Modul dan Tabel MDA saat ini ?

√  Pada Tahun 2018, Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal) hadir pertama kali dengan versi 1.0, dan telah di upgrade ke versi 2.0 untuk Tahun Perencanaan 2019.

9.  Apa saja keunggulan Modul dan Tabel MDA versi 2.0 ?

√  Modul dan Tabel MDA versi 2.0 dilengkapi dengan Grafik pada setiap Aktivitas/Kegiatan amal ibadah sehingga memudahkan penggunanya untuk melihat perkembangan/capaian amal ibadah selama 1 bulan. Modul dan Tabel MDA versi 2.0 juga dilengkapi Format Cetak (Print) dalam memudahkan pengisian format lembaran bulanan untuk diisi secara MANUAL tanpa menggunakan peralatan Komputer/Laptop/Tablet.

10.  Kapan saatnya kita memulai mengisi Modul dan Tabel MDA ?

√  Saat yang tepat bagi kita untuk mengisi Modul dan Tabel MDA adalah SEKARANG!!!… ya… benar… “Sekaranglah waktunya untuk merencanakan perubahan diri kita, “Sekaranglah Momentum bagi kita untuk memulai perubahan diri dengan memanfaatkan cara/metode/panduan yang terdapat di dalam Modul dan Tabel MDA. Insya Allah dengan bantuan Modul dan Tabel MDA yang merupakan alat untuk melatih sikap disiplin/keteguhan diri/konsistensi diri/istiqomah akan mampu mengantarkan diri kita menuju perubahan diri yang lebih baik sebagai wujud pendekatan diri kita kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-. 
Kapanpun Anda memutuskan untuk memulai mengisi Modul dan Tabel MDA ini maka Anda tinggal membuka File Modul dan Tabel MDA, membaca petunjuk yang ada didalamnya, baru kemudian memilih/menyesuaikan Sheet (Lembar) Bulan Perencanaan yang terdiri dari 12 Sheet (Lembar) mulai dari Sheet "Januari 2019" sampai dengan Sheet "Desember 2019".

11.  Apa saja Manfaat Modul dan Tabel MDA ?

√  Di Modul dan Tabel MDA (Muhasabah Diri dan Amal), kita akan dilatih untuk dapat melaksanakan tahapan-tahapan dalam merencanakan, merealisasikan dan mengevaluasi (menghisab) amal ibadah dalam rangka peningkatan ISTIQOMAH dalam ketakwaan kepada Allah -subhanahu wa ta'ala- menuju perubahan diri secara berkesinambungan ke arah yang lebih baik (positif) sebagaimana Firman Allah dalam Al Quran Surah Al-Hasyr (59): 18, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".

12.  Apa saja tahapan dalam melakukan pengisian Modul dan Tabel MDA ?

√ Ada 6 tahapan dalam melakukan pengisian Modul dan Tabel MDA, yaitu:
1. Tetapkanlah tujuan/resolusi Anda di Tahun 2019 ini, misalnya: (1) meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT, (2) meningkatkan kecintaan terhadap Al Qur’an.

2. Susunlah jenis aktivitas yang lebih detail/terperinci untuk masing-masing tujuan/resolusi tersebut, misalnya:
- Untuk resolusi ke-1 jenis aktivitasnya antara lain: Sholat Berjamaah, Sholat Dhuha, Sholat Tahajjud.

- Untuk resolusi ke-2 jenis aktivitasnya antara lain: Membaca Al Qur’an, Menghafal Al Qur’an.

3. Buatlah komitmen diri Anda untuk masing-masing jenis aktivitas tersebut, misalnya:
- Untuk aktivitas pada resolusi ke-1, contoh komitmennya antara lain: Melaksanakan Sholat Wajib Berjamaah 5 waktu setiap hari, Melaksanakan Sholat Dhuha minimal 2 Rakaat setiap hari, Melaksanakan Sholat Tahajjud minimal 2 Rakaat setiap hari.

- Untuk aktivitas pada resolusi ke-2, contoh komitmennya antara lain: Membaca Al Qur'an minimal 1 Lembar setiap hari, Menghafal Al Qur'an minimal 1 ayat setiap hari.

4. Tetapkan target minimal dan target pribadi untuk masing-masing aktivitas tersebut secara harian/mingguan/bulanan.

5. Setelah target ditulis/ditetapkan maka tulislah hasil pelaksanaan/realisasi dari target masing-masing aktivitas secara disiplin setiap hari.

6. Lakukan evaluasi internal terkait pencapaian diri kita terhadap pelaksanaan target masing-masing aktivitas tersebut setiap hari/mingguan/bulanan.

Baca Tulisan Lainnya:

Senin, 02 Juli 2018

JADILAH GENERASI RABBANI YANG ISTIQOMAH # 2 (Tulisan ke-12)

Generasi “Rabbani” merupakan generasi yang mengenal Allah sebagai Tuhannya, selalu berpegang teguh terhadap ajaran Allah dan taat kepadaNya, berilmu serta suka mengajarkan dan mengamalkan ilmunya. Generasi “Rabbani” adalah generasi emas (golden age) umat Islam yang senantiasa istiqomah di dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- serta unggul dan sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat (Baca Tulisan ke-11: Jadilah Generasi Rabbani yang Istiqomah # 1).

Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wasallam- merupakan teladan utama dalam penerapan metode pendidikan islam melalui metode “Rabbani” yang akan melahirkan generasi “Rabbani”. Para sahabat Rasulullah merupakan generasi “Rabbani” terbaik yang dipilih oleh Allah -subhanahu wa ta’ala- sebagai pendamping Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wasallam- dalam mengemban risalah ilahi.  Mereka selalu berada dalam keistiqomahan walaupun dihadapkan pada berbagai macam ujian, rintangan dan tantangan dakwah di jalan Allah -subhanahu wa ta’ala-

Sebagai generasi pertama islam, Para sahabat ini menjadi model dan teladan/uswah bagi generasi “Rabbani” sepanjang sejarah Islam. Generasi “Rabbani” merupakan cita-cita, impian dan harapan umat Islam, sehingga kaum muslimin berfastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan untuk menjadi generasi “Rabbani”.  Banyak generasi “Rabbani” yang terlahir dan tercatat dalam sejarah emas dunia, salah satu diantaranya adalah Sultan Mehmed II yang lebih dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih (1432-1481 M), sang penakluk Konstantinopel.

Konstantinopel merupakan ibukota kekaisaran Byzantium (324 M) yang letaknya sangat strategis di dunia, dikelilingi oleh tiga lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu Selat Bosphorus, Laut Marmara, dan Selat Tanduk Emas yang terpasang rantai amat besar. Konstantinopel memiliki sistem pertahanan terbaik pada masanya dimana seluruh wilayahnya baik di laut maupun darat dikelilingi oleh tembok yang kuat dan kokoh sehingga sangat sulit untuk ditembus. Konstantinopel mempunyai prestasi selama 1.123 tahun mampu menahan 23 serangan yang dialamatkan kepadanya dan hanya sekali saja tembok bagian lautnya pernah ditembus oleh pasukan salib pada tahun 1204. 

Berkat jiwa kepahlawanan, keberanian, kecerdasan dan kesalehan yang dimiliki Sultan Muhammad Al-Fatih beserta pasukannya maka Allah -subhanahu wa ta’ala- memberikan berbagai kemenangan dan kesuksesan, salah satu yang terbesar adalah pembebasan Kota Konstantinopel (1453 M).  Kesalehan yang dimiliki Sultan Muhammad Al-Fatih dan pasukannya yaitu selalu menjaga keistiqomahan di dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah -subhanahu wa ta’ala-. Mereka senantiasa menyibukkan diri dengan bertaqarrub kepada Allah, menunaikan dan menjaga amal ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah. 

Tinta para sejarawan menuliskan bahwa Sultan Muhammad Al-Fatih sejak usia baligh, selalu menjaga kedekatannya dengan Allah -subhanahu wa ta’ala-. Beliau selalu melaksanakan shalat tepat waktu secara berjamaah di masjid dan tidak pernah masbuq atau ketinggalan dalam shalatnya serta selalu menjaga shalat rawatib (shalat yang mengiringi shalat fardhu).

Bahkan sepanjang hidupnya (mulai dari baligh hingga akhir hayatnya), Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud, walaupun saat terbaring sakit, beliau selalu menyempatkan diri bangun pada sepertiga malam terakhir untuk bersimpuh sujud di hadapan Rabb-nya. Beliau ingin mengikuti tabiat Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wasallam- yang selalu menegakkan shalat tahajjud sepanjang malam. Subhanallah… 

Keberadaan Sultan Muhammad Al-Fatih dan pasukannya ini telah dijanjikan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya: “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannyaSemoga kita selalu diberi kekuatan dan kemudahan oleh Allah -subhanahu wa ta’ala- untuk menjadi generasi “Rabbani” yang istiqomah dan penuh kesabaran (tidak lemah, tidak lesu dan tidak mudah menyerah) sehingga kita bisa meraih derajat keimanan dan ketakwaan di sisiNyaAamiin… Aamiin… Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin…
  

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali ‘Imran [3]:146).

Baca Tulisan Lainnya: