Senin, 02 Juli 2018

JADILAH GENERASI RABBANI YANG ISTIQOMAH # 2 (Tulisan ke-12)

Generasi “Rabbani” merupakan generasi yang mengenal Allah sebagai Tuhannya, selalu berpegang teguh terhadap ajaran Allah dan taat kepadaNya, berilmu serta suka mengajarkan dan mengamalkan ilmunya. Generasi “Rabbani” adalah generasi emas (golden age) umat Islam yang senantiasa istiqomah di dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- serta unggul dan sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat (Baca Tulisan ke-11: Jadilah Generasi Rabbani yang Istiqomah # 1).

Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wasallam- merupakan teladan utama dalam penerapan metode pendidikan islam melalui metode “Rabbani” yang akan melahirkan generasi “Rabbani”. Para sahabat Rasulullah merupakan generasi “Rabbani” terbaik yang dipilih oleh Allah -subhanahu wa ta’ala- sebagai pendamping Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wasallam- dalam mengemban risalah ilahi.  Mereka selalu berada dalam keistiqomahan walaupun dihadapkan pada berbagai macam ujian, rintangan dan tantangan dakwah di jalan Allah -subhanahu wa ta’ala-

Sebagai generasi pertama islam, Para sahabat ini menjadi model dan teladan/uswah bagi generasi “Rabbani” sepanjang sejarah Islam. Generasi “Rabbani” merupakan cita-cita, impian dan harapan umat Islam, sehingga kaum muslimin berfastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan untuk menjadi generasi “Rabbani”.  Banyak generasi “Rabbani” yang terlahir dan tercatat dalam sejarah emas dunia, salah satu diantaranya adalah Sultan Mehmed II yang lebih dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih (1432-1481 M), sang penakluk Konstantinopel.

Konstantinopel merupakan ibukota kekaisaran Byzantium (324 M) yang letaknya sangat strategis di dunia, dikelilingi oleh tiga lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu Selat Bosphorus, Laut Marmara, dan Selat Tanduk Emas yang terpasang rantai amat besar. Konstantinopel memiliki sistem pertahanan terbaik pada masanya dimana seluruh wilayahnya baik di laut maupun darat dikelilingi oleh tembok yang kuat dan kokoh sehingga sangat sulit untuk ditembus. Konstantinopel mempunyai prestasi selama 1.123 tahun mampu menahan 23 serangan yang dialamatkan kepadanya dan hanya sekali saja tembok bagian lautnya pernah ditembus oleh pasukan salib pada tahun 1204. 

Berkat jiwa kepahlawanan, keberanian, kecerdasan dan kesalehan yang dimiliki Sultan Muhammad Al-Fatih beserta pasukannya maka Allah -subhanahu wa ta’ala- memberikan berbagai kemenangan dan kesuksesan, salah satu yang terbesar adalah pembebasan Kota Konstantinopel (1453 M).  Kesalehan yang dimiliki Sultan Muhammad Al-Fatih dan pasukannya yaitu selalu menjaga keistiqomahan di dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah -subhanahu wa ta’ala-. Mereka senantiasa menyibukkan diri dengan bertaqarrub kepada Allah, menunaikan dan menjaga amal ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah. 

Tinta para sejarawan menuliskan bahwa Sultan Muhammad Al-Fatih sejak usia baligh, selalu menjaga kedekatannya dengan Allah -subhanahu wa ta’ala-. Beliau selalu melaksanakan shalat tepat waktu secara berjamaah di masjid dan tidak pernah masbuq atau ketinggalan dalam shalatnya serta selalu menjaga shalat rawatib (shalat yang mengiringi shalat fardhu).

Bahkan sepanjang hidupnya (mulai dari baligh hingga akhir hayatnya), Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud, walaupun saat terbaring sakit, beliau selalu menyempatkan diri bangun pada sepertiga malam terakhir untuk bersimpuh sujud di hadapan Rabb-nya. Beliau ingin mengikuti tabiat Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wasallam- yang selalu menegakkan shalat tahajjud sepanjang malam. Subhanallah… 

Keberadaan Sultan Muhammad Al-Fatih dan pasukannya ini telah dijanjikan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya: “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannyaSemoga kita selalu diberi kekuatan dan kemudahan oleh Allah -subhanahu wa ta’ala- untuk menjadi generasi “Rabbani” yang istiqomah dan penuh kesabaran (tidak lemah, tidak lesu dan tidak mudah menyerah) sehingga kita bisa meraih derajat keimanan dan ketakwaan di sisiNyaAamiin… Aamiin… Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin…
  

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali ‘Imran [3]:146).

Baca Tulisan Lainnya: